Akan tetapi tidak sesederhana itu bahwa menulis itu bisa disebut ibadah, menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.
Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno ( id.wikipedia.org ).
Tentunya menulis disini secara luas saya maknakan apapun yang anda tulis bisa jadi menjadi nilai ibadah selama kita memiliki kesadaran penuh saat menuliskan dengan niat tulus suntuk ibadah mengharapkan ridho tuhan, Allah Ta'ala untuk memberikan manfaat atas tulisan yang anda tuliskan.
Berkembangnya dunia moderen saat ini semua manusia relatif telah memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menuliskan apapun, baik perasaan pribadi, catatan kehidupan bahkan gejolak dalam diri, media sosial menjadi sangat marah menjadi ajang latihan menulis yang tanpa disadari penggunanya.
" saya nggak bisa menulis " biasanya mereka mengatakan itu, saat saya ajak diskusi tentang menulis, akan tetapi kenyataannya saat saya lihat akun mediasosial nya... tulisannya sangat banyak sekali... baik dari kutipan kalimat bijak, kalimat motivasi sampai dengan sampah sumpah serapah atas kekecewaannya menjalani kehidupannya.
Coba bayangkan saat itu dikumpulkan dan jadikan sebuah tulisan secara sistematis, tentu akan menghasilkan banyak buku bukan ?, tapi apakah ia memiliki nilai ibadah ? kembali kepada niat awal sang penulis memiliki kesadaran untuk menuliskannya sebagai ibadah atau tidak.
MEMPERHATIKAN AKUN MEREKA YANG TELAH PERGI

Ada hal hal yang positif, sangat positif, menebarkan kedamaian dan menyejukan pembaca ada juga yang sebaliknya, umpatan, caci maki dan banyak hal lain yang tentunya akan menjadi seuatu yang sangat tidak nyaman bagi pembaca.
Apa tulisan itu bisa dihapus ? " tidak " demikian kelak seperti dikatakan banyak guru ngaji saya bahwa catatan amal perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan.
Hari ini saya ingin berbagi dan mengingatkan diri saya pribadi bahwa sejati menulis memiliki konsekuensi logis akan apa yang akan dipertanggung jawabkan kelak, bagimana saatnya mulai membenahi diri untuk menyadari setiap tulisan lebih memiliki manfaat bagi sesama minimal adalah untuk diri sendiri tanpa meluka dan menyakiti banyak orang.
Kesadaran menulis menjadi penting sebagai landasan awal bahwa menulis itu juga bisa juga sebagai ibadah, walaupun setiap penulis memiliki pilihan untuk berada dimana tulisannya ia arahkan.
Semoga tulisan ini memberikan manfaat untuk saya pribadi sebagai motivasi dan menyadari bahwa setiap tulisan itu akan dipertanggung jawabkan esensi dari tulisannya, dan semoga tulisan tulisan yang berisikan ..... tiiiiitsssssss.... ( sensor yang saat ini banyak beredar bisa mulai berkurang ), salam damai ...
Imam Ali bin Abi Thalib RA mengatakan “ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. Ilmu yang hanya disimpan dalam otak pemiliknya saja, tanpa menulis, akan berakhir setelah kematian sang pemilik ilmu. Tapi ilmu yang diikat kedalam bentuk buku, ia akan tetap bermanfaat bahkan setelah pemilik ilmu itu sendiri telah tiada.
![AZIZ AMIN [ www.azizamin.webmagic.top ]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_BxGq02tvQYM88LMMKrQ_P0T6P1nQLOo3N5iT4ggG1cxWWoZAbAGfyAwJ-XOiKj08g8zYb2BBsC5jRvSq2P-sxelsxh7AGkDd7gtOmt3k5rm6eb7_QB6_CXKUfPahqJazc2oGkZ7ZWlRF/s1600/Pusat+Hipnotis.jpg)


0 Komentar